Tuesday, May 14, 2013

Blunder pada Dialog Ayah dan Anak di Iklan Oreo

Hasil produksi kadang terlihat sudah sempurna, tetapi ternyata ada saja hal kecil yang menimbulkan cela. Demikian juga dengan iklan. Ini terjadi pada iklan Oreo versi "Pilih Handphone atau Oreo?"
Bukan sengaja, belakangan ini yang menjadi sorotan dalam tulisan ini adalah iklan Oreo. Ini hanya kebetulan saja. Sebelumnya memang sudah dibahas tentang ending iklan, perbandingan antara iklan So Nice dan Oreo. Bedanya, pada posting tersebut, yang dibahas adalah tagline "Diputar, Dijilat, Dicelup", sedangkan kali ini akan membahas tentang ending iklan Oreo pada versi "Pilih Handphone atau Oreo?".

<embed video masih dalam perbaikan>

Perhatikan iklan tersebut, terutama pada dialog ayah dan anak. Apa kata-kata terakhir ayah? Iya, "Kamu menang deh...". Apa yang salah dengan kalimat tersebut?

Kalau kita cermat memperhatikan, si ayah salah menggunakan frame dalam percakapan tersebut. Ayah menggunakan cara berpikir orang dewasa. Dialog tersebut memang membandingkan antara Oreo dan handphone sebagai dua benda yang ditawarkan oleh anak untuk dipilih oleh ayah. Si ayah memilih handphone. Anak mengetes pilihan ayah dengan membandingkannya dengan Oreo.  Terus apa yang salah dong?

Hasil ujian yang diberikan oleh anak dengan membandingkan handphone dan Oreo memang menunjukkan hasil bahwa handphone tidak bisa diperlakukan seperti Oreo. Boleh lah kalau dibilang Oreo menang dibanding handphone dalam hal "Diputar, Dijilat, Dicelupin", karena handphone tidak bisa dicelupin di susu. Namun, ketika ayah bilang "Kamu menang deh...", frame-nya jadi beralih dari membandingkan Oreo dengan handphone menjadi membandingkan anak dengan ayah. Padahal, atmosfir obrolannya tidak mengarah kepada menang-kalan antara ayah dan anak. Frame menang kalah ini jelas hanya dimiliki oleh orang dewasa, dalam hal ini adalah ayah. Percakapan yan dibangun oleh anak dibawa kepada frame orang dewasa oleh ayah.

Demikian sorotan Pantau Iklan terhadap iklan Oreo versi "Pilih Handphone atau Oreo?". Tentu saja cara pandang ini dilandasi oleh Ilmu Psikologi yang menjadi alat kami, agar iklan lebih bisa mendidik pemirsanya.

Bagaimana pendapatmu tentang iklan Oreo versi "Pilih Handphone atau Oreo?"?

No comments:

Post a Comment